Gen Super - 160 Ibuku Berkata Pacar Adalah Untuk Pria Nakal
Library

160 Ibuku Berkata Pacar Adalah Untuk Pria Nakal

"Kakak, bukankah sudah saatnya untuk merealisasikan kontrak?" Han Sen cemberut.

"Kau tidak dapat memintaku untuk melakukan ini di muka umum." Ji Yanran terlihat seperti mabuk dengan pipi merahnya.

Jantung Han Sen tibtiba bergemuruh. Dia melebarkan matanya dan berkata, "Kau mau aku carikan sebuah kamar?"

"Diam!" Ji Yanran melemparkan cangkirnya kepada Han Sen dan berjalan pergi.

Han Sen menangkap cangkir itu dan cepat-cepat mengikuti dia. Dia berjalan di sisinya dan menyentuh lengannya.

"Apa?" Ji Yanran menatapnya.

"Pasangan harus berjalan seperti ini." Han Sen meletakkan tangan Ji Yanran di lengannya dan berkata sambil tersenyum.

Pipi Ji Yanran kembali tersipu, tetapi dia tidak menarik tangannya. Dia memutar matanya, dan berkata, "Nakal!"

"Ibuku berkata pacar adalah untuk pria nakal," kata Han Sen dengan tanpa malu.

Ji Yanran mencoba untuk berkata sesuatu ketika dia melihat beberapa murid mendekati mereka. Dia cepat-cepat menurunkan kerudung kepalanya dan kaget seperti kelinci kecil. Memegang tangan Han Sen dengan erat, dia menggunakannya untuk menutupi wajah.

Walaupun Ji Yanran menyembunyikan dirinya, murid-murid itu menghampiri untuk menyapa Han Sen.

"Han Sen! Apakah kau Han Sen?"

"Kau adalah idolaku."

"Permainanmu sangat hebat! Keahlianmu memukau!"

Murid-murid baru ini berbincang dengan penuh semangat dengan Han Sen, yang telah menjadi selebriti di Elang Hitam.

"Ini pacarmu?" Mereka segera memperhatikan seorang gadis di samping Han Sen, tetapi tidak mengenali Ji Yanran karena dia menutupi wajahnya.

Ji Yanran sekarang ini mencari sebuah lubang dan bersembunyi. Dia tidak dapat pergi dan tidak ingin tetap berada di sana.

"Iya, pacarku. Dia sangat malu dan tidak suka berbicara," Han Sen berkata sambil tersenyum.

"Gadis pendiam itu bagus sekali…" komentar para murid, dan Han Sen sangat senang berbincang dengan mereka.

Pada saat ini, Ji Yanran memegangi tangan Han Sen dengan erat, dan dia dapat merasakan kelembutan di lengannya, dan dia sangat menikmatinya. Han Sen berharap dia dapat berbincang selama mungkin.

Tetapi murid-murid itu sangat sopan dan tidak ingin mengganggu mereka. Han Sen harus merelakan mereka pergi.

"Kau melakukannya dengan sengaja!" Ji Yanran mencubit pinggang Han Sen setelah murid-murid itu menjauh.

"Apa yang salah?" tanya Han Sen.

Ji Yanran tidak dapat berkata apapa. Han Sen mengambil tangannya dan terus berjalan.

Saat itu tengah malam. Mereka tidak bertemu dengan orang lain sebelum mereka tiba di bangunan asrama Ji Yanran.

"Kakak, mau tidak akan pulang seperti ini, bukan? Kontrak belum dipenuhi," Han Sen berkata dengan pahit.

Ji Yanran memutar matanya dan menjulurkan tangannya. "Berikan aku kontrak itu."

Han Sen dengan patuh memberikan kontraknya. Dia mengambil kontrak itu, tersipu dan berkata, "Tutup matamu."

Han Sen mengikuti perintahnya.

Ji Yanran mengambil nafas dalam-dalam dan melawan keinginannya untuk melarikan diri. Dengan jantung yang berdegup kencang, dia menjinjit, menekankan bibir merah mudanya yang lembut, dan cepat-cepat pergi.

Sudah terlambat. Sebelum bibirnya lepas dari bibir Han Sen, tangan Han Sen telah memegang pinggangnya dan tangan lainnya menyelinap ke dalam rambutnya yang lembut dan memeluk leher indahnya.

Ji Yanran tibtiba jatuh dalam pelukan Han Sen dan bibirnya menekan bibir Han Sen.

Badan Ji Yanran pada awalnya kaku, namun perlahan-lahan melembut. Tangannya mencengkeram baju Han Sen, dia melangkah mundur di luar kendali karena kakinya menjadi lemah.

Han Sen baru saja mendapatkan pengalaman terbaik dalam hidupnya dan tidak ingin melepaskannya. Dia terus memegang erat dirinya dan menekan badannya yang bersandar pada sebuah gedung.

Keduanya baru saja mencicipi manisnya cinta dan melayang-layang dalam kesenangan. Tibtiba, mereka mendengar suara nyaring seorang wanita, "Teman-teman, setidaknya kalian harus mencari tempat yang sepi sebelum melanjutkannya."

Ji Yanran mendengar suara ini dan tibtiba merasa ketakutan. Itu adalah suara Qu Lili, teman baiknya dan teman sekamarnya.

Reaksi pertamanya adalah mendorong Han Sen, tetapi dia tidak dapat melakukannya karena dia akan memperlihatkan diri.

Ji Yanran cepat-cepat membenamkan kepalanya ke dada Han Sen, wajahnya memerah. Dia juga diam-diam menyalahkan Han Sen yang telah menempatkan dia dalam posisi yang memalukan.

"Kakak, mengapa kau tidak pergi tidur sekarang karena sudah malam? Apakah kau ingin bergabung bersama kami?" Han Sen tahu Ji Yanran merasa malu, dan menutupi kepalanya dengan salah satu tangannya, menghalangi penglihatan Qu Lili.

"Tidak tahu malu!" Qu Lili menghentakkan kakinya dan berlari kembali ke kamar asramanya.

Setelah Qu Lili naik ke asrama, Ji Yanran menginjakkan hak sepatunya pada kaki Han Sen dan berlari masuk ke bangunan, meninggalkan Han Sen yang mencengkeram kakinya.

Ji Yanran tidak berani langsung kembali ke kamarnya. Dia bersembunyi di kamar mandi cukup lama sebelum kembali ke kamarnya.

Qu Lii melihat Ji Yanran sudah kembali dan berkata, "Sayang, apakah kau melihat pasangan nakal di bawah tadi?"

"Pasangan nakal apa?" Ji Yanran berpurpura membenahi ranjangnya, wajahnya memerah.

"Pasangan itu berciuman di depan bangunan kita. Ya Tuan, mereka sangat terangsang! Dan pria itu sangat tidak tahu malu, dia bahkan berkata… lupakan saja! Aku bahkan tidak mampu mengulanginya. Dan gadis itu pasti perempuan jalang!" kata Qu Lili dengan marah.

Ji Yanran merasa sangat malu sehingga dia berharap dapat menghilang seketika, tetapi dia harus berpurpura seolah-olah tidak terjadi apapa.